Sabtu, 31 Desember 2016

MASJID JAMI' AT-TAQWA AJIBARANG


RENOVASI dan PEMBANGUNAN MASJID
AT-TAQWA AJIBARANG



إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
(gbr. 1 : sejak awal berdiri - 1970)
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At Taubah : 18).
(gbr. 2 : Renovasi 1970-1991)
Berapa banyak janji-janji Allah swt dan Rasulnya Muhammad saw berkenaan dengan  masjid. Mulai dengan membangun, memakmurkan masjid, sholat, berdzikir dan menimba ilmu di masjid sungguh Allah swt itu benar tak pernah ingkar janji.  Merekalah orang-orang yang beriman sajalah   
Siapa yang tidak tergiur dengan rumah di surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammengabarkan,
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِى بِهِ وَجْهَ اللَّهِ ، بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِى الْجَنَّةِ
Barangsiapa yang membangun masjid (karena mengharap wajah Allah), Allah akan membangunkan bangunan yang semisalnya di surga.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari ‘Utsman bin ‘Affan).
أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللهِ مَسَاجِدُهَا، وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللهِ أَسْوَاقُهَا

Tempat yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid, dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar.” (HR. Muslim. Dari Abu Hurairah).


(gbr. 3  :Pembangunan th. 1991-2015)
Pada awalnya hingga tahun 1970 masjid Jami' nama yang dikenal saat itu mempunyai halaman di bagian timur dan bagian selatan dengan berpagar tembok keliling. 

Sebelum renovasi pertama yang penulis lihat sudah pernah ada perubahan pada atap masjid dari seng diganti dengan genteng sokka plentung yang sangat  kuat. Sering anak-anak Kauman seperti saya berlari genteng atau duduk di atap masjid melihat ketangkasan burung dara  yang berkumpul di utara masjid depan kantor DPU atau Pasar Gedang (pisang) saat itu.

Renovasi pembangunan masjid di tahun 1970 hingga tahun 80-an yang agak tersendat-sendat  pembangunannya. Dengan melalui beberapa tahun dan tahapan akhirnya renovasi masjid dengan menara dapat terwujud.  Perubahan pada bangunan (serambi) dengan tiang beton dan sebelah utara serta depan dan menara diberi pancang tiang beton karena sejak awal pembangunan menara setinggi lk 15 meter tanpa penyangga beton, alhamdulillah tidak ada hal-hal yang dikhawatirkan. (lihat gbr. 2).

Pada awal tahun 1990 Pemerintah Ajibarang berserta jajaran BKM dan Ta'mir masji At-Taqwa melalui beberapa pertimbangan maka dibangun masjid At-Taqwa dengan membongkar bangunan yang berada di selatan masjid. Bangunan tersebut berupa kios-kios (toko) yang dibangun pada akhir tahun 60an  awal 70an (lihat gbr. 3).

Dan  kini masjid at-Taqwa Ajibarang  telah membangun gedung untuk kegitan Taman Pendidikan Al-Quran,  kantor masjid dan sarana penunjang lainnya. 


Baca Pula : sekelumit sejarah masjid at-taqwa ajibarang


Jumat, 30 Desember 2016

MASJID AT-TAQWA AJIBARANG

Membangun Masjid

masjid at-taqwa mulai berdiri s.d 1970
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ
Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah no. 738. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)


Janji Allah SWT
Hadits tentang keutamaan membangun masjid juga disebutkan dari hadits Utsman bin Affan. Di masa Utsman yaitu tahun 30 Hijriyah hingga khilafah beliau berakhir karena terbunuhnya beliau, dibangunlah masjid Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Utsman katakan pada mereka yang membangun sebagai bentuk pengingkaran bahwa mereka terlalu bermegah-megahan. Lalu Utsman membawakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
masjid at-taqwa 1970-1993مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ مِثْلَهُ
Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga.” (HR. Bukhari no. 450 dan Muslim no. 533).

Kata Imam Nawawi rahimahullah, maksud akan dibangun baginya semisal itu di surga ada dua tafsiran:
1- Allah akan membangunkan semisal itu dengan bangunan yang disebut bait (rumah). Namun sifatnya dalam hal luasnya dan lainnya, tentu punya keutamaan tersendiri. Bangunan di surga tentu tidak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga, dan tak pernah terbetik dalam hati akan indahnya.
2- Keutamaan bangunan yang diperoleh di surga dibanding dengan rumah di surga lainnya adalah seperti keutamaan masjid di dunia dibanding dengan rumah-rumah di dunia. (Syarh Shahih Muslim, 5: 14)

Membangun Masjid dengan Niat Ikhlas
Yang tercela adalah jika masjid cuma untuk bermegah-megahan, bukan untuk tujuan ibadah atau berlomba dalam kebaikan. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِى الْمَسَاجِدِ
Kiamat tidaklah terjadi hingga manusia berbangga-bangga dalam membangun masjid” (HR. Abu Daud no. 449, Ibnu Majah no. 739, An-Nasa’i no. Ahmad 19: 372. Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim, perawinya tsiqah. Al-Hafizh Abu Thahir juga menyimpulkan bahwa sanad hadits inishahih).

Itulah kenyataan yang terjadi saat ini di tengah-tengah kaum muslimin. Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Yang dimaksud hadits adalah saling menyombongkan diri dengan masjidnya masing-masing. Ada yang nanti berujar, wah masjidku yang paling tinggi, masjidku yang paling luas atau masjidku yang paling bagus. Itu semua dilakukan karena riya’ dan sum’ah, yaitu mencari pujian. Itulah kenyataan yang terjadi pada kaum muslimin saat ini.” (Minhah Al-‘Allam, 2: 495). Itulah tanda kiamat semakin dekat.
Semoga bermanfaat. Semoga artikel ini semakin memotivasi kita untuk membangun masjid di dunia, sehingga Allah menjadikan kita rumah yang indah dan penuh kenikmatan di surga.

catatan :
sengaja penulis  tampilkan  ilustrasi masjid At-Taqwa Ajibarang sejak berdiri hingga tahun 1970 (gambar atas)
dan  renovasi masjid dimulai tahun 1970 s.d 1993.

Rabu, 28 Desember 2016

JANGAN BERSEDIH (LA TAHZAN)




لَن يَضُرُّوكُمۡ إِلَّآ أَذٗىۖ وَإِن يُقَٰتِلُوكُمۡ يُوَلُّوكُمُ ٱلۡأَدۡبَارَ ثُمَّ لَا يُنصَرُونَ ١١١

Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan QS Al-Imron 111


Tak habis orang-orang munafik  maupun kafirin  mengumbar umpatan-umpatan pada kita umat muslim yang menjalankan syariat-syariat Islam.  Kebencian datang dari orang-orang Islam itu sendiri ataupun non Islam. Cercaan, ejekan seperti busana muslimah ala ninja mengingat pemakaian hijab dengan cadar dan berwarna hitam-hitam, menggunakan celana isbal dengan sebutan celana cingkrang, berjenggot dan  stempel di kening (tanda bekas sujud) atau mungkin yang lainnya.

Orang-orang kafir jelas sangat memusuhi Islam lebih parah lagi orang-orang munafik adalah orang-orang Islam itu sendiri yang memusuhi saudara Islam. Hanya karena mereka belum berhijab ataupun berhijab belum syar'u, bisa jadi mereka para munafiqin  takut kehilangan muka karena mereka menganggapanya  sudah mengikuti sunnah walau dia keliru atau belum melaksanakan  dengan menuduh, menjelekan ataupun mencela. Benar Allah mengingatkan kita pada Surat Al-hzab di bawah ini.

وَلَا تُطِعِ ٱلۡكَٰفِرِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَدَعۡ أَذَىٰهُمۡ وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَكِيلٗا ٤٨
Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung.” (QS. Al-Ahzab: 48)

Sedih benar sedih menjalankan perintah Allah dan sunah-sunahnya kok mendapat celaan,  seperti hidup sendiri dengan keasingan yang ada. Rasulullah Muhammad saw-pun  dinasehati oleh Allah dengan firmanNya.
 وَٱصۡبِرۡ وَمَا صَبۡرُكَ إِلَّا بِٱللَّهِۚ وَلَا تَحۡزَنۡ عَلَيۡهِمۡ وَلَا تَكُ فِي ضَيۡقٖ مِّمَّا يَمۡكُرُونَ ١٢٧
Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (QS. An-Nahl:127)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ ءَاذَوۡاْ مُوسَىٰ فَبَرَّأَهُ ٱللَّهُ مِمَّا قَالُواْۚ وَكَانَ عِندَ ٱللَّهِ وَجِيهٗا ٦٩

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.” (QS.Al-Ahzab: 69)

Firman Allah benar,  orang-orang yang menuduh, mengejek dan memperolok-olok suatu kebenaran karena mereka kaum munafiqin dan kafir belum mendapat petunjuk dari Allah. Maka Allah akan membersihkan dari tuduhan-tuduhan mereka  katakan dan Allah dia seorng yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah, amiin.


Karena pedengki tidak akan pernah mengakui kebenaran yang kita lakukan. Apapun kebaikan yang kita perbuat di mata pendengki itu adalah suatu yang sangat menyakitkan baginya dan dia akan berusaha bagaimanpun juga untuk mencari celah bagaimana cara menghina, mencerca dan menjatuhkan harga diri/kehormatan kita di depan orang banyak/umum. Sebelum dia berhasil menghasut orang-orang maka belum ada kepuasan dalam diri pendengki bahkan boleh dikatakan walaupun dia sudah berhasil menghasut orang-orang tetap aja tidak akan pernah ada kepuasan dalam diri sipedengki. Karena di hatinya penuh dengan bara dendam yang akan memakan jiwa dan raganya sendiri tanpa dia sadari.

ISLAM KAFFAH


java computer

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ 
[البقرة : 208]
Hai orang-rang yang beriman masuklah kedalam Islam secara totalitas (keseluruhan), dan janganah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Seungguhnya setan adalah musuh nyata bagi kalian.
 Al-Baqarah : 208


Dalam ayat ini Allah memerintahkan hamba  yang beriman kepada-Nya dan mempercayai Rasul-Nya untuk mengambil secara keseluruhan syariat Islam, mengamalkan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya semaksimal mungkin. (Tafsir Ibnu Katsir)

Syeikh As-Sa’di menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan perintahAllah kepada orang-orang beriman agar masuk kedalam Islam secara totalitas (keseluruhan), yaitu mengamalkan semua syariat Islam dan tidak meninggalkannya sedikit pun, dan hendaknya tidak menuhankan hawa nafsu dengan hanya mau melaksanakan syariat yang bersesuaian dengan hawa nafsunya, nafsu ingin berkuasa, ingin dihormati, takut kehilangan pengikutnya. Namun apabila syariat tersebut tidak sesuai dengan hawa nafsunya, syariat tersebut ditinggalkan.

Adapun sifat yang seharusnya dimiliki oleh orang yang beriman adalah menjadikan hawa nafsu mengikuti aturan agama dengan melakukan segala perbuatan yang mampu dilakukan, sedangkan perbuatan yang belum mampu dilakukan tetap harus diterima dan berniat untuk melaksanakannya sehingga tetap mendapatkan pahala kebaikan tersebut karena sudah adanya niat utuk melaksanakan.

Masuk Islam secara keseuruhan, tidak akan mungkin terjadi kecuali dengan mengikuti berbagai jalan-jalan setan, Allah menunjukkan hal ini dengan berfirman, “dan Janganlah kalia mengikuti langkah-langkah setan,” yaitu dengan melakukan berbagai bentuk kemaksiatan kepada Allah. “Karena sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” Musuh yang nyata yang tidak akan memerintahkan kecuali keburukan, perbuatan keji dan berbagai hal yang menimbulkan bahaya bagi kalian (orang-orang beriman).

Dalam kitab Nidaatur Rabbil ‘Alamin, kata as-Silmi yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Islam, berupa ketundukkan kepada Allah secara lahir maupun batin.

Sedangan makna dari kaaffah dalam ayat di atas adalah secara keseluruhan (totalitas). Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa setiap orang yang beriman diperintahkan semaksimal mungkin untuk melaksanakan semua cabang-cabang Iman dengan aturan-aturan Islam yang sangat banyak jumlahnya.

Menurut Ikrimah, ayat ini (al-Baqarah:208) turun berkenaan dengan sekelompok orang-orang Yahudi yang baru saja masuk Islam. Mereka meminta ijin kepada Rasulullah SAW. untuk mengagungkan hari sabtu  (hari besar Jahudi seperti hari Jum'at pada Islam) dan membaca Kitab Taurat di malam hari tersebut. Lalu turunlah firman Allah sebagai jawaban untuk memerintahkan mereka melaksanakan syiar-syiar Islam dan menyibukkan diri dengannya sehingga tidak perlu melaksanakan ajaran selain Islam.  Orang Islam mengerjakan amalan-amalan maupun peribadatan sesuai dengan ajaran Islam  tidak mencampur adukan ya mengerjakan ibadah cara Islam dan cara agama (kepercayaan) lain. Seperti di masyarakat Jawa pada umumnya  yang beragama Islam masih tetap melaksanakan ritual-ritual seperti selamat kematian 3, 7, 40, 100, hari 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun. Upacara ngupati (4 bulan) dan mitoni (7 bulan) bila seseorang sedang hamil.  ini semua diambil dari ajaran Hindu, mengingat Islam datang ke tanah Jawa sudah ada agama Hindu dan Budha. Datanglah Wali Songo (Khilafah dari Turki) yang menyebarkan agama Islam dengan pendekatan membaur pada acara atau ritual agama tersebut. Namun hal tersebut berjalan terus menerus turun temurun sudah jadi budaya sehingga tak "elok" (baik) jika orang Jawa tidak melaksanakan acara tersebut. 

Pada prakteknya  acara ataupun ritual seperti ngupati, mitoni, khaul (memperingati hari kematian)  dan juga sedekah bumi, nglarung, sekaten dan sebagainya dikemas dengan acara bacaan ayat suci alquran,  yasinan, tahlilan, sodaqoh dan amalan-amalan Islam lainnya tetap tidak boleh. Karena mencampur adukan aqidah. Islam ikuti Al-qur'an dan Assunah. 

Dari keterangan di atas bahwa contoh seorang Jahudi masuk Islam tidak boleh lagi mengerjakan amalan ataupun ibadah agama Jahudi, dengan demikian seorang  Muslim Jawa tidak lagi mengerjakan cara beribadahnya agama hindu maupun budha. Berdasarkan penjelasan tersebut jelaslah bagi kita, bahwa, kita harus menjadikan Islam ini sebagai jalan hidup kita dengan memperhatikan perintah-perintah Allah dan menjalankannya dengan semaksimal mungkin dan juga menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Islam adalah agama sempurna inilah firman Allah SWT.
.....الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دينَكُمْ وَ أَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتي‏ وَ رَضيتُ لَكُمُ الْإِسْلامَ ديناً فَمَنِ اضْطُرَّ في‏ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحيمٌ (3)


........  Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku- cukupkan kepadamu nikmat- Ku, dan telah Ku- ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.( 3 )

Selasa, 27 Desember 2016

DASAR HUKUM 7, 40, 100 dst. HARI KEMATIAN

java computer
MEMPERINGATI  HARI KEMATIAN 7 HARI, 40, 100,  1 TAHUN, 2 TAHUN, 3 TAHUN
inilah dasar hukum yang ada:
1. Dalil pengkhususan waktu selamatan kematian (1 hari, 3 hari, 40 hari dan seterusnya).
“Termashurlah selamatan yang diadakan pada hari pertama, ketujuh, empat puluh, seratus dan seribu"
(Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99, 192, 193).
Perintah penyembelihan hewan pada hari tersebut:
“Tuhan telah menciptakan hewan untuk upacara korban, upacara kurban telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan dunia.”
(Kitab Panca Yadnya hal. 26, Bagawatgita hal. 5 no. 39).
Perkataan Ulama:
“Upacara selamatan untuk memperingati hari kematian orang Jawa hari ke 1, 7, 40, 100, dan 1000 hari, jelas adalah ajaran Hindu”
(Ida Bedande Adi Suripto laknatullah 'alaihi,lihat kitab “Nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa”).
2. Dalil selamatan (kenduri/kenduren):
“Sloka prastias mai pipisatewikwani widuse bahra aranggaymaya jekmayipatsiyad aduweni narah”. “Antarkanlah sesembahan itu pada Tuhanmu Yang Maha Mengetahui”. Yang gunanya untuk menjauhkan kesialan"
(Kitab sama weda hal. 373 no.10).
a. Dewa Yatnya (selamatan) Yaitu korban suci yang secara tulus ikhlas ditujukan kepada Sang Hyang Widhi dengan jalan bakti sujud memuji, serta menurut apa yang diperintahkan-Nya (tirta yatra) metri bopo pertiwi.
b. Pitra Yatnya Yaitu korban suci kepada leluhur (pengeling- eling) dengan memuji yang ada di akhirat supaya memberi pertolongan kepada yang masih hidup.
c. Manusia Yatnya Yaitu korban yang diperuntukan kepada keturunan atau sesama supaya hidup damai dan tentram.
d. Resi Yatnya Yaitu korban suci yang diperuntukan kepada guru atas jasa ilmu yang diberikan (danyangan).
e. Buta Yatnya Yaitu korban suci yang diperuntukan kepada semua makhluk yang kelihatan maupun tidak, untuk kemulyaan dunia ini.
(kitab Siwa Sasana hal. 46 bab ‘Panca maha yatnya’ dan pada Upadesa hal. 34).
Apa Dasar yang Lain dalam Hindhu,..?
Rukun Iman Hindhu (PANCA SRADA) yang harus diyakini umat hindu:
1. Percaya adanya sang hyang widhi.
2. Percaya adanya roh leluhur.
3. Percaya adanya karmapala.
4. Percaya adanya smskra manitis.
5. Percaya adanya moksa.
PANCA SRADA punya rukun, yaitu:
1. PANCA YAJNA (artinya 5 macam selamatan).
a. Selamatan DEWA YAJNA (selamatan yang ditujukan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau biasa dikenal orang dalam istilah dengan,” memetri bapa kuasa ibu pertiwi “).
b. Selamatan PRITRA YAJNA (selamatan yang ditujukan pada Leluhur).
c. Selamatan RSI YAJNA (selamatan yang ditujukan pada guru atau kirim do’a yang ditujukan pada Guru, biasanya di punden/ndanyangan ). Kalau di kota di namakan dengan nama lain yaitu “Selametan Khaul” memperingati kiyainya/gurunya &semisalnya , yang meninggal dunia.
d. Selamatan MANUSIA YAJNA (selamatan yang ditujukan pada hari kelahiran atau dikota disebut “Ulang Tahun” ).
e. Selamatan BUTA YAJNA (selamatan yang ditujukan pada hari kebaikan ), misalnya kita ambil contoh biasanya pada beberapa masyarakat islam (jawa) melakukan selamatan hari kebaikan pada awal bulan ramadhan yang disebut “selamatan Megengan”.
Akibat yang tidak di Selameti dalam Keyakinan Hindhu, yaitu:
Buka dalilnya Di Kitab Suci Umat Hindhu di dalam Kitab SIWASASANA HALAMAN 46-47 CETAKAN TAHUN 1979. Bagi yang tidak mau selamatan mereka di peralina hidup kembali dalam dunia bisa berwujud menjadi hewan atau bersemayam di dalam pohon, makanya kalau anda ke Bali banyak pohon yang dikasih kain-kain dan sajen-sajen itu, karena mereka meyakini roh nya ada dalam pohon itu, dan bersemayam dalam benda-benda bertuah misal keris dan jimat, di hari sukra umanis (jum’at legi) keris atau jimat di beri bunga&sajen-sajen.
Dewa Asura akan marah besar jika orang tidak mau melakukan selamatan maka dewa asura akan mendatangkan bala/bencana & membunuh manusia yang ada di dunia.
Dewa Asura atau dikenal dalam masyarakat dengan nama Bathara Kala, anak ontang anting harus diruwat (ritual dengan selamatan dan sajen) karena takut batharakala, sendhang kapit pancuran (anak wanita diantara kedua saudara kandung anak laki-laki) diruwat karena takut batharakala, rabi ngalor ngulon merga rawani karo betharakala (nikah tidak boleh karena rumahnya menghadap utara dan barat, karena takut celaka ).
Akibat yang di Selameti dalam Keyakinan Hindhu, yaitu:
Dalam keyakinan hindu bagi yang mau selamatan maka mereka langsung punya tiket ke surga.
2. Nasi Tumpeng
Konsep dalam agama hindu: dalam kitab Manawa Dharma Sasra Wedha Smrti, Bagi Orang yang Berkasta Sudra (Kasta yang Rendah) yang Tidak Bisa Membaca Kalimat Persaksian:
Hom Suwastiasu Hom Awi Knamastu Ekam Eva Adityam Brahman, Bagi yang Tidak Bisa Mengucapkan Kalimat dalam Bahasa Sansekerta di atas Sebagai Penggantinya Mereka Cukup Membuat Tumpeng, Bentuknya adalah Segitiga, Segitiga yang dimaksud adalah Trimurti (Shiwa, Vishnu, Brahma = Brahman) Artinya Tiga Manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Umat Hindgu Mengatakan Barangsiapa yang Membuat Tumpeng maka Dia Sudah Beragama Hindhu.
Dikitab BAGHAWAGHITA di jelaskan TUHAN nya orang hindu lagi minum dan ditengahnya ada tumpeng, dan di depan dewa brahma ada sajen-sajen.
3. Ketika ada yang Meninggal
Pemberangkatan mayat diwajibkan dipamitkan di depan rumah lalu beberapa sanak keluarga akan lewat di bawah tandu mayat (tradisi brobosan), karena umat hindu meyakini brobosan sebagai wujud bakti pada orang tua dan salam pada dewa, dalam hindu mayat di tandu lalu diatasnya diberi payung, pemberangkatan mayat menggunakan sebar/sawur bunga, uang logam, beras kuning, dll, lalu bunga di ronce (dirangkai dengan benang)lalu di taruh/dikalungkan di atas beranda mayat. Hindu meyakini :
a. Bunga warna putih mempunyai kekuatan dewa brahma.
b. Bunga warna merah mempunyai kekuatan dewa wisnu.
c. Bunga warna kuning mempunyai kekuatan dewa siwa.
Umat hindu berkeyakinan bunga itu berfungsi sebagai pendorong do’a (muspha/trisandya) dan pewangi.
4. Ketupat
Di dalam hindu roh anak menjelang hari raya pulang ke rumah, sebagai penghormatan orang tua kepada anak, maka biasanya hindu setelah hari raya di pasang kupat diatas pintu dan di bagi-bagikan tetangga.
Dengan penjelasan diatas maka teranglah bahwa ritual-ritual itu bukanlah sesuatu yang baru (bid'ah) dalam agama hindu, dikatakan bid'ah apabila itu dikerjakan oleh umat islam dan dianggap bagian dari ajaran islam. Seperti yang kita ketahui agama islam lahir ribuan tahun setelah adanya agama hindu tersebut. Hanya saja beberapa "Orang Hindu" itu menggunakan kalimat TAHLIL (Laa ilaha illallah) atau membaca surat YASIN pada ritual-ritual tersebut. Jadilah serupa tapi tak sama dengan ajaran islam. Islam tidaklah mengenal ritual-ritual tersebut, tidak ditemukan dalilnya baik didalam Alqur'an Al hadits maupun ijma' para sahabat. meminjam istilah fiqih "laukana khairan Lasabaquunaa ilaihi" (kalaulah seandainya perbuatan/amal itu baik, tentulah para sahabat mendahului kita mengerjakannya).
Islam adalah agama yang sempurna, tidak perlu lagi ditambah-tambahi dengan syari'at baru, bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mewasiatkan kpd kita agar menjauhi bid'ah dalam sabdanya:
“Jauhilah semua perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah merupakan kesesatan”.
(HR Abu Dawud, no. 4607; Tirmidzi, 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya).
“Sesungguhnya sebaik baik perkataan adalah kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk muhammad sholullah alaihi wasalam, sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka”
(HR Abu dawud , an-Nasa’i, Ahmad).
Kita tentu tak mau agama kita yang mulia ini mengalami nasib serupa seperti agama-agama samawi lainnya (Yahudi dan Kristen) dimana alasan adat budaya telah mengambil alih dalil-dalil utama kitab suci sendiri. Karena alasan menghormati leluhur dan budaya lokal.
Allah azza wajalla telah memperingati kita dalam firmanNya:
”Dan apabila dikatakan kepada mereka :”Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah”. Mereka menjawab :”(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. Apakah mereka akan mengikuti juga, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (Qs. Al-Baqarah:170).
Allah juga berfirman:
“Dan janganlah kamu mencampuradukkan Kebenaran dengan Kebatilan dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahuinya”
(Qs. Al-Baqarah:42).
Allah menyuruh kita untuk tidak boleh mencampuradukkan ajaran agama islam (kebenaran) dengan ajaran agama Hindu (kebatilan) tetapi kita malah ikut perkataan manusia bahwa mencampuradukkan agama itu boleh, Apa manusia itu lebih pintar dari Allah?
Selanjutnya Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”. (Qs. Al-Baqarah:208).


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ [البقرة : 208]


Hai orang-rang yang beriman masuklah kedalam Islam secara totalitas (keseluruhan), dan janganah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Seungguhnya setan adalah musuh nyata bagi kalian.” (al-Baqarah : 208)