Minggu, 22 Mei 2016

UCAPAN SALAH SUBHANALLAH dengan MASYAALLOH


java computer ajibarang

 SEBAGIAN BESAR ORANG ISLAM SALAH  MENGUCAPKAN SUBHANALLAH dengan MASYA ALLAH 
java computer ajibarangUcapan atau ungkapan dzikir atau kalimah thayyibah “Subhanallah” sering tertukar dengan “Masya Allah”. Ucapkan “Masya Allah” kalau kita merasa kagum. Ucapkan “Subhanallah” jika melihat keburukan.
Selama ini kaum Muslim sering “salah kaprah” dalam mengucapkan Subhanallah (Mahasuci Allah), tertukar dengan ungkapan Masya Allah (Itu terjadi atas kehendak Allah). Kalau kita takjub, kagum, atau mendengar hal baik dan melihat hal indah, biasanya kita mengatakan Subhanallah. Padahal, seharusnya kita mengucapkan Masya Allah yang bermakna “Hal itu terjadi atas kehendak Allah”.
Ungkapan Subhanallah tepatnya digunakan untuk mengungkapkan “ketidaksetujuan atas sesuatu”. Misalnya, begitu mendengar ada keburukan, kejahatan, atau kemaksiatan, kita katakan Subhanallah (Mahasuci Allah dari keburukan demikian).

Ucapan Masya Allah
Masya Allah artinya “Allah telah berkehendak akan hal itu”. Ungkapan kekaguman kepada Allah dan ciptaan-Nya yang indah lagi baik. Menyatakan “semua itu terjadi atas kehendak Allah”.
Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat hal yang baik dan indah. Ekspresi penghargaan sekaligus pengingat bahwa semua itu bisa terjadi hanya karena kehendak-Nya.

 firman Allah dalam surat Al Kahfi:
وَلَوْلا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maa syaa-allaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. al Kahfi: 39)
Ucapan “Masya Allah” (مَا شَاءَ اللَّهُ) ini mengembalikan kekaguman kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahwa semua yang kita kagumi itu terwujud atas kehendak Allah, bukan karena usaha kita atau orang tersebut. Dicontohkan dalam ayat tersebut, jika seseorang memasuki kebun, hendaklah ia mengucapkan “Masya Allah” (مَا شَاءَ اللَّهُ). Kekagumannya atas indahnya kebun tersebut, ranumnya buah, lebatnya tanaman dan berhasilnya perkebunan, semata-mata kebaikan-kebaikan itu atas kehendak Allah.
Ucapan Subhanallah
Sedangkan kalimat “Subhanallah” (سُبْحَانَ اللَّهِ), dalam Al Qur’an disebutkan lima kali. Yakni dalam surat Al Mu’minun ayat 91, Al Qashash ayat 68, Ash Shafat ayat 159, Ath Thur ayat 43 dan Al Hasyr ayat 23. Dalam surat Al Mu’minun ayat 91 dan Ash Shafat ayat 159, kalimat “Subhanallah” digandengkan dengan “ammaa yashifuun” yang artinya Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan. Sedangkan dalam tiga ayat lainnya, kalimat “Subhanallah” digandengkan dengan “ammaa yusyrikuun” yang artinya Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Jadi dalam Al Qur’an, kalimat “Subhanallah” digunakan untuk menyatakan kesucian Allah dan menyangkal hal-hal negatif yang dituduhkan orang-orang musyrik. Sedangkan dalam hadits, ucapan “Subhanallah” dipakai ketika seseorang heran sikap seseorang. Heran, bukan kagum. Misalnya ketika Abu Hurairah junub dan tidak mau berdekatan dengan Rasulullah yang suci. Rasulullah pun bersabda:

سُبْحَانَ اللَّهِ إِنَّ الْمُسْلِمَ لاَ يَنْجُسُ

“Maha Suci Allah, sesungguhnya muslim itu tidak najis” (HR. Al Bukhari)
Ucapan “Subhanallah” juga dipakai Rasulullah ketika ada peristiwa besar. Namun, bukan bentuk kekaguman.
Misalnya dalam sabda beliau:

سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ الْفِتَنِ

“Maha Suci Allah, betapa banyak fitnah yang turun di malam ini” (HR. Al Bukhari)
 “Sesungguhnya mukmin tidak najis” maksudnya, keadaan junub jangan menjadi halangan untuk bertemu sesama Muslim. Dalam Al-Quran, ungkapan Subhanallah digunakan dalam menyucikan Allah dari hal yang tak pantas (hal buruk), misalnya: “Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan, mereka
persekutukan”, juga digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik.”

Jadi, kesimpulannya, ungkapan Subhanallah dianjurkan setiap kali seseorang melihat sesuatu yang tidak baik, bukan yang baik-baik atau keindahan. Dengan ucapan itu, kita menegaskan bahwa Allah Subahanahu wa Ta’ala Maha Suci dari semua keburukan tersebut.

Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat yang indah, indah karena keindahan atas kuasa dan kehendak Allah Ta’ala. Lalu, apakah kita berdosa karena mengucapkan Subhanallah, padahal seharusnya Masya Allah dan sebaliknya? Insyaa Allah tidak. Allah Maha Mengerti maksud perkataan hamba-Nya. Hanya saja, setelah tahu, mari kita ungkapkan dengan tepat antara Subhanallah dan Masya AllahWallahu a’lam bish-shawabi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan koment demi perbaikan dan kemajuan