Rabu, 28 Desember 2016

ISLAM KAFFAH


java computer

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ 
[البقرة : 208]
Hai orang-rang yang beriman masuklah kedalam Islam secara totalitas (keseluruhan), dan janganah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Seungguhnya setan adalah musuh nyata bagi kalian.
 Al-Baqarah : 208


Dalam ayat ini Allah memerintahkan hamba  yang beriman kepada-Nya dan mempercayai Rasul-Nya untuk mengambil secara keseluruhan syariat Islam, mengamalkan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya semaksimal mungkin. (Tafsir Ibnu Katsir)

Syeikh As-Sa’di menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan perintahAllah kepada orang-orang beriman agar masuk kedalam Islam secara totalitas (keseluruhan), yaitu mengamalkan semua syariat Islam dan tidak meninggalkannya sedikit pun, dan hendaknya tidak menuhankan hawa nafsu dengan hanya mau melaksanakan syariat yang bersesuaian dengan hawa nafsunya, nafsu ingin berkuasa, ingin dihormati, takut kehilangan pengikutnya. Namun apabila syariat tersebut tidak sesuai dengan hawa nafsunya, syariat tersebut ditinggalkan.

Adapun sifat yang seharusnya dimiliki oleh orang yang beriman adalah menjadikan hawa nafsu mengikuti aturan agama dengan melakukan segala perbuatan yang mampu dilakukan, sedangkan perbuatan yang belum mampu dilakukan tetap harus diterima dan berniat untuk melaksanakannya sehingga tetap mendapatkan pahala kebaikan tersebut karena sudah adanya niat utuk melaksanakan.

Masuk Islam secara keseuruhan, tidak akan mungkin terjadi kecuali dengan mengikuti berbagai jalan-jalan setan, Allah menunjukkan hal ini dengan berfirman, “dan Janganlah kalia mengikuti langkah-langkah setan,” yaitu dengan melakukan berbagai bentuk kemaksiatan kepada Allah. “Karena sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” Musuh yang nyata yang tidak akan memerintahkan kecuali keburukan, perbuatan keji dan berbagai hal yang menimbulkan bahaya bagi kalian (orang-orang beriman).

Dalam kitab Nidaatur Rabbil ‘Alamin, kata as-Silmi yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Islam, berupa ketundukkan kepada Allah secara lahir maupun batin.

Sedangan makna dari kaaffah dalam ayat di atas adalah secara keseluruhan (totalitas). Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa setiap orang yang beriman diperintahkan semaksimal mungkin untuk melaksanakan semua cabang-cabang Iman dengan aturan-aturan Islam yang sangat banyak jumlahnya.

Menurut Ikrimah, ayat ini (al-Baqarah:208) turun berkenaan dengan sekelompok orang-orang Yahudi yang baru saja masuk Islam. Mereka meminta ijin kepada Rasulullah SAW. untuk mengagungkan hari sabtu  (hari besar Jahudi seperti hari Jum'at pada Islam) dan membaca Kitab Taurat di malam hari tersebut. Lalu turunlah firman Allah sebagai jawaban untuk memerintahkan mereka melaksanakan syiar-syiar Islam dan menyibukkan diri dengannya sehingga tidak perlu melaksanakan ajaran selain Islam.  Orang Islam mengerjakan amalan-amalan maupun peribadatan sesuai dengan ajaran Islam  tidak mencampur adukan ya mengerjakan ibadah cara Islam dan cara agama (kepercayaan) lain. Seperti di masyarakat Jawa pada umumnya  yang beragama Islam masih tetap melaksanakan ritual-ritual seperti selamat kematian 3, 7, 40, 100, hari 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun. Upacara ngupati (4 bulan) dan mitoni (7 bulan) bila seseorang sedang hamil.  ini semua diambil dari ajaran Hindu, mengingat Islam datang ke tanah Jawa sudah ada agama Hindu dan Budha. Datanglah Wali Songo (Khilafah dari Turki) yang menyebarkan agama Islam dengan pendekatan membaur pada acara atau ritual agama tersebut. Namun hal tersebut berjalan terus menerus turun temurun sudah jadi budaya sehingga tak "elok" (baik) jika orang Jawa tidak melaksanakan acara tersebut. 

Pada prakteknya  acara ataupun ritual seperti ngupati, mitoni, khaul (memperingati hari kematian)  dan juga sedekah bumi, nglarung, sekaten dan sebagainya dikemas dengan acara bacaan ayat suci alquran,  yasinan, tahlilan, sodaqoh dan amalan-amalan Islam lainnya tetap tidak boleh. Karena mencampur adukan aqidah. Islam ikuti Al-qur'an dan Assunah. 

Dari keterangan di atas bahwa contoh seorang Jahudi masuk Islam tidak boleh lagi mengerjakan amalan ataupun ibadah agama Jahudi, dengan demikian seorang  Muslim Jawa tidak lagi mengerjakan cara beribadahnya agama hindu maupun budha. Berdasarkan penjelasan tersebut jelaslah bagi kita, bahwa, kita harus menjadikan Islam ini sebagai jalan hidup kita dengan memperhatikan perintah-perintah Allah dan menjalankannya dengan semaksimal mungkin dan juga menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Islam adalah agama sempurna inilah firman Allah SWT.
.....الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دينَكُمْ وَ أَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتي‏ وَ رَضيتُ لَكُمُ الْإِسْلامَ ديناً فَمَنِ اضْطُرَّ في‏ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحيمٌ (3)


........  Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku- cukupkan kepadamu nikmat- Ku, dan telah Ku- ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.( 3 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan koment demi perbaikan dan kemajuan